Author Archives: theoputri

Perbedaan dan Fungsi dari BEP dan PBP

Standard

~ PAY BACK PERIOD (PBP)

          Pay Back Period (PBP) adalah  dimana periode pengembalian – payback period  dalam jangka waktu tertentu yang menentukan terjadinya arus penerimaan (cash in flow) yang secara kumulatif sama dengan jumlah investasi dalam bentuk present value. Periode “Payback” digunakan untuk menunjukkan berapa lama (dalam beberapa tahun) suatu investasi akan bisa kembali. Periode “Payback” menunjukkan perbandingan antara “initial investment” dengan aliran kas tahunan. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan – penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi.

Adapun rumus PBP yaitu :

Fungsi Payback Method :
 1) Digunakan untuk mengetahui jangka waktu yang diperlukan untuk pengembalian investasi dengan resiko yang besar dan sulit.
2) Dapat digunakan untuk menilai dua proyek investasi yang mempunyai rate of return dan resiko yang sama, sehingga dapat dipilih investasi yang jangka waktu pengembaliannya cepat.
 3) Cukup sederhana untuk memilih usul-usul investasi.

~ BREAK EVEN POINT (BEP)

          Break Even Poin (BEP) adalah titik pulang pokok dimana TR (total pendapatan) = TC (ongkos total), atau sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Terjadinya BEP tergantung pada lama arus penerimaan sebuah proyek dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan serta biaya modal lainnya. BEP amatlah penting kalau kita membuat usaha agar kita tidak mengalami kerugian, apa itu usaha jasa atau manufaktur.

Adapun rumus BEP yaitu :

          

Fungsi Break Even Poin :
1)      Alat perencanaan untuk hasilkan laba
2)      Memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan.
3)      Mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan
4)      Mengganti system laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti
          Perbedaan PBP dan BEP sama-sama digunakan untuk menghitung seberapa cepat waktu yang dibutuhkan proyek untuk mengembalikan investasi. Perbedaan antara PBP dan BEP adalah PBP hanya digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat mengembalikan nilai sisa uang dari investasi, sedangkan BEP digunakan untuk mengetahui berapa lama proyek dapat mengembalikan investasi dan biaya operasi (investasi). Pada usaha jasa atau manufaktur BEP bermanfaat untuk alat perencanaan untuk hasilkan laba, memberikan informasi mengenai berbagai tingkat volume penjualan, serta hubungannya dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan yang bersangkutan, mengevaluasi laba dari perusahaan secara keseluruhan, dan mengganti sistem laporan yang tebal dengan grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.

Perbedaan NPV dan IRR . Fungsinya ???

Standard

Perbedaan NPV dan IRR diantaranya adalah :

  1. NPV adalah proceeds atau cash flows yang didiskonkan atas dasar biaya modal (cost of capital) atau rate of return yang diinginkan, sedangkan IRR adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future prodeeds) sama dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital outlays).
  2. NPV dihitung dari selisih antara PV dari pengeluaran modal (capital outlay atau initial investment), sedangkan IRR dicari dengan cara “Trial and error” dengan serba coba-coba.
  3. NPV tidak memiliki arti jika digunakan untuk membandingkan proyek yang memiliki jumlah investasi awal yang berbeda, sedangkan IRR mudah untuk dibandingkan dengan proyek yang memiliki jumlah investasi awal yang berbeda.
  4. NPV dari proyek yang lebih dari satu dapat ditambahkan, sedangkan IRR dari beberapa proyek tidak dapat ditambahkan.
  5. Pada metode NPV memperbolehkan penggunaan tingkat diskon yang berbeda dalam periode yang berbeda, sedangkan pada metode IRR hanya memperbolehkan penggunaan satu tingkat diskon pada seluruh periode.

Fungsi dari NPV dan IRR adalah sama-sama untuk menyatakan kelayakan bisnis, misalnya usulan proyek. Jika nilai IRR > SOCC maka proyek dinyatakan layak, jika IRR = SOCC maka terjadi BEP, dan jika IRR < SOCC maka proyek dinyatakan tidak layak. Jika nilai NPV > 0 maka usaha/proyek layak untuk dilaksanakan, jika NPV = 0 maka usaha/proyek mencapai keadaan BEP, dan jika NPV < 0 maka usaha/proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

Mengapa Kita Perlu Mengetahui Nilai Uang di Masa Depan ?

Standard
           Time value of money atau di kenal nilai waktu uang, adalah nilai uang dari beberapa waktu yang berbeda. Yaitu uang yang secara nominal sama namun memiliki nilai yang berbeda di waktu yang berbeda lebih disebabkan oleh opportunity cost yang dimiliki uang tersebut.
           Dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, dari minggu ke minggu, dari bulan ke bulan, bahkan dari tahun ke tahun, setiap benda atau barang pasti akan mengalami penurunan harga / kenaikan harga, dan itu adalah hal yang tidak dapat di ungkiri. lalu apa yang menyebabkan barang-barang tersebut mengalami penurunan atau kenaikan harga ? hal ini tentunya berhubungan dengan seberapa banyak kebutuhan akan barang tersebut, kondisi barang tersebut, bahkan keadaan ekonomi yang sedang terjadi di tempat tersebut atau di negara tersebut.
            Sebagai contoh, jika suatu negara sedang mengalami inflasi, maka nilai mata uang di negara tersebut akan menurun, sehingga rasanya percuma menabung banyak uang, karena nilai uang tersebut itu akan menurun. atau jika sedang mengalami krisis dalam bahan pangan tertentu, maka bahan pangan tersebut akan mengalami kenaikan harga hingga berkali-kali lipat. Berbeda halnya jika kita melalukan investasi pada suatu barang, yang nilai nya selalu mengikuti perkembangan zaman (waktu), contohnya adalah tanah. dengan investasi tanah, kapanpun tanah itu akan dijual, pasti akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. karena nilai tanah tidak tergantung dari keadaan ekonomi yang sedang terjadi. jadi meskipun sedang terjadi inflasi, dan kenaikan atau penurunan nilai barang kebutuhan pokok, nilai harga jual tanah tetap tidak akan terpengaruhi.
          Lalu apa kaitannya dengan kita harus mengatahui nilai uang dimasa depan ?? dari contoh-contoh diatas, kita dapat menarik kesimpulan, bahwa dengan kita dapat memprediksikan nilai suatu barang dimasa yang akan datang, apakah nilai barang tersebut akan terpengaruh oleh keadaan ekonomi dan perkembangan zaman, atau nilai dari barang tersebut tidak akan terpengaruh apapun, kita dapat terhindar dari namanya “kerugian”. maka dari itu, penting rasanya dari sekarang kita mulai memilah dan memilih bagaimana cara investasi terbaik, agar dikemudian hari tidak akan terjadi kerugian bagaimanapun kondisi yang sedang terjadi.

Perbedaan NPV dengan BEP….

Standard
           NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan social opportuity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan biaya pemiliharaan serta periraan manfaat / benefit dari proyek yang direncanakan. Sedangkan BEP atau titik impas  merupakan suatu kondisi dimana besarnya total pendapatan sama dengan total pengeluaran, total pendapatan sama dengan harga dan jumlah produk yang sudah dihasilkan, dan saat total pengeluaran sama dengan biaya tetap.
           Dari pengertian-pengertian diatas kita dapat mengetahui bahwa perbedaan NPV dan BEP adalah bahwa pada NPV digunakan untuk mengetahui nilai sekarang dari jumlah investasi, sedangkan BEP digunakan untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit. Selain itu BEP juga suatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaan tidak mendapat untung maupun rugi/ impas (penghasilan = total biaya) dan masih mungkin untuk di jalankan dalam suatu bisnis, dan NPV yang lebih kecil dari 0(titik impas) maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.
           BEP juga digunakan untuk menganalisa hubungan antara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit. NPV digunakan untuk menganalisa data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan. NPV Tersedia banyak/lebih dari satu Alternativ pilihan dalam investasi untuk memperoleh keuntungan di masa yang akan datang. sedangkan BEP hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual. Jika lebih dari satu macam maka kombinasi atau komposisi penjualannya (sales mix) akan tetap konstan. Jadi NPV biasanya berupa uang yang akan di investasikan. sedangkan BEP berupa barang atau jasa.

Analisis Kriteria Investasi Dengan Menghitung Nilai NPV

Standard

RUMUS => NPV = (å PV Pendapatan ) – (å PV Pengeluaran)

Berdasarkan hasil penelitian yang digunakan untuk membangun industri pengolahan pertanian, diketahui:

Dana investasi :Rp 35,000,000,- dialokasikan selama 2 tahun, yaitu tahun persiapan Rp 20,000,000,- dan tahun pertama Rp 15,000,000,-, Kegiatan pabrik dimulai setelah tahun kedua dari pengembangan kontruksi,

Jumlah biaya operasi dan pemeliharaan berdasarkan rekapitulasi dari berbagai biaya pada tahun kedua sebesar Rp 5,000,000,- pertahun dan untuk tahun-tahun berikutnya seperti pada tabel 1,

Benefit dari kegiatan industri ini adalah jumlah produksi dari pengolahan hasil-hasil pertanian, Kegiatan produksi dimulai pada tahun kedua dengan jumlah penghasilan Rp 10,000,000,- sedangkan pada tahun-tahun berikutnya seperti pada tabel 1, Berdasarkan data diatas, apakah rencana pembukaan industri yang mengolah hasil pertanian tersebut layak untuk dikembangkan bila dilihat dari segi NPV denga diskon factor sebesar 18%?

Untuk menghitung nialai NPV proyek tersebut digunakan rumus sebagai berikut:

NPV= 11.115.000

Nilai NPV adalah 11.115.000 dengan nilai NPV ini adalah lebih dari satu, maka gagasan usaha proyek tersebut layak untuk diusahakan.

Catatan:

  • Perkiraan cash in flow dan cash out flow yang menyangkut proyeksi harus mendapat perhatian.
  • Perkiraan beefit harus diperhitungkan dengan menggunakan berbagai variabel (perkembangan proyeksi sejenis dimasa yangakan datang, perubahan teknologi, perubahan konsumen).

Karena dapat catatan untuk memperhatikan cash flow-nya maka dihitung mengunakan cash flow diagram

Perhitungan juga dapat dilihat mengunakan perhitungan dalam tabel 1,

Tabel 1,: persiapan perhitungan NPV                         (dalam Rp,000,-)

Thn

Investasi

Biaya Operasi

Total coast

Benefit

Net benefit

D,F, 18%

Present value

0

20.000

20.000

-20.000

1,0000

-20.000

1

15.500

15.500

-15.500

0,8475

-12.713

2

5.000

5.000

10.000

5.000

0,7182

3.591

3

6.000

6.000

12.000

6.000

0,6086

3.652

4

6.000

6.000

14.000

8.000

0,5158

4.126

5

7.000

7.000

17.000

10.000

0,4371

4.371

6

7.000

7.000

21.000

14.000

0,3704

5.186

7

8.000

8.000

25.000

17.000

0,3139

5.336

8

9.000

9.000

30.000

21.000

0,2660

5.586

9

10.000

10.000

36.000

26.000

0,2255

5.863

10

11.000

11.000

43.000

32.000

0,1911

6.115

NPV

11.115,73

Nilai NPV adalah 11.115,73 dengan nilai NPV ini adalah lebih dari satu, maka gagasan usaha proyek tersebut layak untuk diusahakan.

Di atas adalah hasil dari NPV. Dibawah ini akan membuktikan dengan cash flow bahwa nilai NPV sama dengan nilai P

Perhitungan nilai NPV sama dengan nilai P yang dicari dengan cash flow
Nilai P pengeluaran
P = 20.000 + 15.000 (P/F,18%,1) + 5.000 (P/F,18%,2) + 6000 (P/A,18%,2) (P/F,18%,2) + 7.000 (P/A,18%,2) (P/F,18%,4) + 8.000 (P/F,18%,7) + 9.000 (P/F,18%,8) + 10.000 (P/F,18%,9) + 11.000 (P/F,18%,10)
    =  20.000 + (15.000 x 0,8475) + (5.000 x 0,7182) + (6.000 x 1,5656 x 0,7182) + (7.000 x 1,5656 x 0,5158) + (8.000 x 0,3139) + (9.000 x 0,2660) + (10.000 x 0,2255) + (11.000 x 0,1911)
    =  20.000 + 12.712,5 + 3591 + 6.746,48352 + 5.652,75536 + 2.511,2 + 2394 + 2255 + 2.102,1
    =  57.965,03888
Nilai P penerimaan
P = 10.000 (P/F,18%,2) + 12.000 (P/F,18%,3) + 14.000 (P/F,18%,4) + 17.000 (P/F,18%,5) + 21.000 (P/F,18%,6) + 25.000 (P/F,18%,7) + 30.000 (P/F,18%,8) + 36.000 (P/F,18%,9) + 43.000 (P/F,18%,10)
    = (10.000 x 0,7182) + (12.000 x 0,6086) + (14.000 x 0,5158) + (17.000 x 0,4371) + (21.000 x 0,3704) + (25.000 x 0,3139) + (30.000 x 0,2660) + (36.000 x 0,2255) + (43.000 x 0,1911)
    = 7.182 + 7.303,2 + 7.221,2 + 7.430,7 + 7.778,4 + 7.847,5 + 7980 + 8118 + 8.217,3
    = 69.078,3
Nilai P bersih
P = P penerimaan – P pengeluaran
   = 69.078,3 – 57.965,03888
   = 11.113,26112

Jadi dari hasil perhitungan di atas, dapat di simpulkan bahwa nilai NPV tidak sama dengan nilai P (present) atau nilai sekarang dengan menggunakan rumus di atas.

Rincian Biaya Pembuatan Manisan Nanas

Standard
Biaya bahan Langsung
No Bahan-bahan kebutuhan Bahan harga Bahan (Rp)
Nama Bahan Satuan Per produk Per pesanan Satuan Keseluruhan
1 Nanas Kg 0.1                                10                  6,000             60,000
2 Gula Kg 0.15                                15                  8,000           120,000
3 Garam g 5                              500                       10               5,000
4 Vanili Bks 1                              100                     100             10,000
5 Jeruk nipis Buah 0.5                                50                     500             25,000
6 Natrium benzoat Kg 0.001                               0.1                13,000               1,300
7 Asam sitrat Kg 0.001                               0.1                25,000               2,500
Jumlah Biaya Bahan Langsung           223,800
Biaya Buruh Langsung
No Jenis Pekerjaan kebutuhan Buruh (Hari-orang) Upah Buruh (Rp)
Per produk Per pesanan Per produk-orang Keseluruhan
1 Pengupas dan pencuci nanas 1 100 100 10,000
2 pengukus dan pelumat nanas 1 100 100 10,000
3 pemasak nanas 1 100 100 10,000
4 Pemasang tutup dan pengemas selai 1 100 100 10,000
Jumlah Biaya Buruh langsung 40,000
Biaya Administrasi
No Jenis Biaya Biaya Dasar (Rp) Biaya Tambahan (Rp) Jumlah (Rp)
per produk per pesanan
1 Sewa kios 50,000 50 5,000 55,000
2 Telepon 20,000 10 1,000 21,000
3 Air 8,000 5 500 8,500
4 Listrik 10,000 10 1,000 11,000
Jumlah Biaya administrasi 95,500
Biaya Bahan Tak Langsung
No Jenis Biaya Biaya Dasar (Rp) Jumlah Barang Total biaya dasar (Rp) Depresiasi Jumlah (Rp)
Persen-harga beli nilai rongsok Umur Ekonomis (tahun)  (depresiasi+biaya dasar)
1 Pisau pengupas kulit nanas 5,000 1                           5,000 5%                  250 3                               9,917
3 Kukusan 50,000 1                         50,000 3%               1,500 6                             99,750
4 Kompor gas 220,000 1                       220,000 5%             11,000 5                           437,800
5 Gas 15,000 1                         15,000 1%                  150 1                             29,850
6 pengaduk kayu 3,000 2                           6,000 2%                  120 4                             11,970
7 Kulkas 1,500,000 1                    1,500,000 10%           150,000 5                        2,970,000
8 Jar 1,800 100                       180,000 2%               3,600 2                           358,200
10 kardus pengemas 200 4                              800 2%                    16 1                               1,584
11 Lakban 3,000 1                           3,000 1%                    30 1                               5,970
12 Baskom 5,000 2                         10,000 2%                  200 5                             19,960
13 Wajan besar 40,000 1                         40,000 3%               1,200 3                             79,600
Jumlah Biaya Bahan Tak Langsung                        4,024,601
Jumlah Biaya Bahan Tak Langsung per Hari                           182,936
Biaya Buruh Tak Langsung
No Jenis Pekerjaan kebutuhan Buruh (Hari-orang) Upah Buruh (Rp)
Per produk Per pesanan Per produk-orang Keseluruhan
1 Petugas gudang 1 100 50 5,000
2 Supir mobil box 1 100 100 10,000
Jumlah Biaya Buruh langsung 15,000
Biaya Pemasaran
No Jenis Biaya Biaya Dasar (Rp) Biaya Tambahan (Rp) Jumlah (Rp)
per produk per pesanan
1 Pamflet 20,000 2 200 20,200
2 Sales Promotion Girl 8,000 2 200 8,200
3 Sewa Kendaraan 20,000 3 300 20,300
4 Transportasi 50,000 3 300 50,300
Jumlah Biaya Pemasaran 99,000
Perincian Biaya Penjualan Selai Mangga
Komponen Biaya Jumlah (Rp)
Biaya Langsung                       277,800
Biaya Buruh langsung 40,000
Biaya Primer                       317,800
Biaya Tak Langsung (Biaya Buruh tak Langsung + Biaya Bahan tak Langsung)                       197,936
Biaya Produksi                       515,736
Biaya Komersial (Biaya Pemasaran + Biaya Administrasi)                       194,500
Harga Pokok Produk per Pesanan                       710,236
Harga Pokok Produk per Satuan                           7,102
Harga Pokok Produk
Komponen Biaya Rumus perhitungan Jumlah (Rp)
Keuntungan kotor 30% x hpp/satuan                           2,131
Harga jual hpp/satuan + keuntungan kotor                           9,233
Pajak penjualan 10% x harga jual                              923
keuntungan setelah pajak Harga jual – hpp/satuan – pajak penjualan                           1,207

AGROTECHNOPRENEUR INDONESIA (Wawasan, Tantangan dan Peluang Bisnis)

Standard

Agropreneurship adalah berbagai upaya yang dilakukan pihak-pihak, khususnya wirausahawan, dalam memanfaatkan peluang industri agribisnis (Brathwaite, 2009). Untuk menjadi agropreneur sejati, seseorang harus menjiwai kompleksitas agribisnis dan agroindustri. Objek agribisnis adalah komoditas dan produk yang sangat mudah rusak karena perubahan unsur- unsur alami (iklim dan lingkungan). Selain itu, adanya perubahan mikrobial dan enzimatik, sehingga wajib ditangani dengan baik.

Tantangan berikutnya bagi yang ingin menjadi agropreneur adalah pendekatannya pada sektor pertanian. Para calon agropreneur harus memiliki cara berfikir dan bertindak sebagai wirausahawan. Pemikiran wirausaha akan membantu mereka mengembangkan kesadaran terhadap berbagai peluang bisnis yang terbuka luas, dan keyakinan diri untuk membangun kerberhasilan untuk mencapainya.

Pada dasarnya, untuk membangun keberhasilan seorang agropreneur harus memiliki sifat- sifat di bawah ini:

(1)     Mampu memecahkan masalah dengan cepat dan tepat.

(2)     Memiliki kebutuhan yang kecil terhadap status, tidak arogan, tetapi rendah hati dan harmonis dengan alam sebagai sumber daya agribisnis dan agroindustri yang sangat penting.

(3)     Memiliki energi tinggi, dalam arti bersemangat dan tidak mudah menyerah.

(4)     Memiliki daya tanggap yang baik terhadap keadaan mendesak.

(5)     Memiliki kepercayaan diri yang baik.

(6)     Mampu bekerja secara terencana atau terorganisasi dengan baik.

(7)     Mampu meneropong peluang bisnis yang besar dan memiliki kemampuan melakukan tinjauan bisnis ke masa depan (business foresight).

Untuk mencapai mutu produk yang tinggi dan pasokan secara berkelanjutan, sangat dibutuhkan dukungan inovasi serta manajemen yang handal. Baik itu manajemen di bidang teknologi maupun manajemen usaha dalam arti luas. Dalam hal ini, inovasi yang dimaksudkan adalah berbagai terobosan hasil penelitian dan pengembangan yang diarahkan pada proses rekayasa produksi untuk menghasilkan produk yang bernilai tambah.

Untuk menjadi seorang agropreneur, perlu diketahui hal- hal penting yang dapat dikerjakan untuk membangun potensi diri. Hal pertama, melakukan riset dengan cara mengumpulkan berbagai rujukan tentang cerita keberhasilan dan kiat- kiat para agropreneur terdahulu, terutama yang secara pribadi dikagumi. Hal kedua adalah berusaha mengikuti seminar, pameran dan talkshow mengenai agribisnis dan agroindustri nasional. Langkah ketiga adalah menghubungi kantor pengembangan bisnis lokal, bank pemberi kredit pertanian, atau lembaga- lembaga penyokong kewirausahaan. Langkah keempat adalah kunjungilah perpustakaan- perpustakaan yang menyediakan rujukan pertanian secara umum, agribisnis, dan agroindustri.

Dalam perspektif manajemen, para agropreneur akan sangat terbantu kinerjanya dengan menguasai atau minimal mengetahui beberapa konsep manajemen fungsional, yaitu Manajemen SDM, Manajemen Produksi dan Operasi, Akutansi Manajemen, Manajemen Pemasaran, Manajemen Finansial, Manajemen Teknologi, Sistem Informasi Manajemen, dan Manajemen Strategik.

Dari sudut pandang terminologi, agrotechnopreneurship didefinisikan sebagai kemampuan dalam mengelola suatu usaha di sektor agroindustri melalui pemanfaatan teknologi dan mengedepankan inovasi. Tiga faktor yang dapt menentukan keberhasilan agrotechnopreneur yakni inovasi, prosepek dan pengembangan bisnis. Terkait aspek manajemen, maka terdapat dua elemen penting yang merupakan penggerak agrotechnopreneurship, yaitu manajemen kreatif dan manajemen inovatif.

Produk dan jasa baru dalam agribisnis dan agroindustri sangat vital peranannya bagi keberhasilan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan produk dan jasa baru mampu membuka pasar baru, menarik para pelanggan baru, dan mendorong pertumbuhan keuntungan perusahaan.pengembangan produk dapat melalui kegiatan penelitian, pengembangan dan inovasi yang disesuaikan permintaan pasar.

Berbagai program telah diimplementasikan untuk mengembangkan dan menciptakan agrotechnopreneur dari kalangan dunia pertanian sendiri, maupun dari kalangan nonpertanian yang memiliki keinginan dan kemampuan yang tinggi untuk menjadi agropreneur.

Keberhasilan perancangan produk akan tercapai jika produsen mampu mengimplementasikan mutu produk yang prima, biaya produksi yang minimal, kemampuan merespon teknologi yang sinergis dengan profitabilitas bisnis, serta pengembangan produk yang sesingkat mungkin. Dalam bisnis global saat ini, terdapat kecenderungan yang kuat bahwa tren keberhasilan bisnis hanya akan dapat dicapai bila perusahaan mampu melakukan desain produk secara berkelanjutan (sustainable product design). Prinsip – prinsip kerangka penciptaan sustainable product design pada dasarnya dipusatkan pada penciptaan nilai tambahan produk dengan cara memenuhi permintaan dan selera bersama-sama.

Terobosan yang dimunculkan oleh para pelaku bisnis raksasa dunia dalam dekade terakhir adalah teknologi yang memanfaatkan Prinsip – Prinsip Faktor Empat (Factor Four Principle), yang konsepnya menggunakan bahan baku setengahnya untuk menghasilkan nilai produk dua kalinya. Konsep tersebut memanfaatkan tiga landasan aktivitas dalam industri manufaktur, yaitu teknologi, rekayasa, dan desain atau seni. Implementasi ketiga aktivitas tersebut, yang kemudian juga dikenal dengan perancangan produk yang eko-efektif, ditujukan untuk menciptakan nilai produk (mutu dan harga) yang tinggi, sekaligus melakukan penghematan sumber daya.

Sejak terbukti tangguh sebagai satu-satunya sektor yang pertumbuhan ekonominya positif pada saat puncak kritis ekonomi dan moneter yang lalu (1997/1998), sektor pertanian kembali dilirik sebagai lahan investasi yang menjanjikan. Agribisnis yang biasanya dianggap sebagai lahan investasi yang tidak menarik karena resikonya besar, lambat dalam pengembalian modal dan dianggap memberikan keuntungan yang kecil, kini dapat diandalkan karena dua alasan sederhana. Pertama, komoditas/produk yang dihasilkan adalah bahan utama yang diperlukan oleh manusia, sehingga masih tetap berpeluang untuk mendapatkan pasar. Kedua, investasi pada agribisnis dan agroindustri berpeluang besar untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk US dollar, apabila komoditas/produk yang dihasilkan dapat dijual di pasar global.

Agribisnis dan agroindustri adalah sektor usaha yang harus ditekuni, digalakan dan bahkan dijadikan sektor ekonomi utama oleh Indonesia, karena memiliki keunggulan komparatif dan mampu menguntungkan Indonesia untuk keluar dari keterpurukan ekonomi. Dengan berbekal ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, semua peluang yang terbuka pada agribisnis dan agroindustri, akan dimaksimalkan nilai tambahnya melalui kegiatan agroindustri yang mengubah bentuk, fungsi, dan kegunaan serta kepemilikan komoditas menjadi berbagai produk yang berdaya saing tinggi.

Salah satu negara tetangga yang berhasil memperoleh nilai tambah yang besar dari kegiatan agribisnis dan agroindustrinya adalah Thailand. Thailand memiliki kontribusi pertanian terhadap PDBnya sebesar 18%, akan tetapi kontribusi dari agroindustri dan jasa – jasa terkaitnya mencapai 78%.

Dalam globalisasi, keunggulan yang harus dimiliki adalah keunggulan kompetitif, yang lahir dari para pengusaha yang inofatif, bukannya dari keunggulan komparatif yang nilai tambahnya kecil. Berbagai penelitian manajemen akhir – akhir ini membuktikan bahwa perusahaan – perusahaan yang mampu menggunakan inovasi dalam mendiferensiasi produk dan jasanya dari para pesaing, mampu membukukan keuntungan dua kali lipat lebih besar.

Pada saat ini, Indonesia sangat memerlukan pribadi – pribadi pengusaha yang sanggup berkompetisi dengan kemampuan dan kompetisi diri dan perusahaannya, bukan bermodalkan katabelece dan kemitraan yang koruptif dengan pemegang kekuasaan, yang merupakan suatu kekuatan bisnis yang semu. Oleh karena iu, untuk keluar dari berbagai krisis yang melanda Indonesia, para pengusaha Indonesia yang peduli dan cinta pada bangsa dan negaranya perlu berpatokduga pada keberhasilan negara tetangga, misalnya Singapura, Thailand, dan Malaysia dalam membangun ekonominya.

Untuk membangun organisasi agribisnis dan agroindustri yang inovatif, pengusaha wajib memiliki visi, kemampuan memimpin, dan memiliki keinginan inovasi yang kuat. Visi tersebut harus disosialisasikan dan dijabarkan kepada misi dan strategi yang jelas, sehingga pengusaha tersebut akan memiliki struktur organisasi yang tepat, kuat dan memiliki kreativitas yang tinggi.

Topik bisnis, politik dan good governance sedang hangat dibicarakan di Indonesia, hal ini muncul pada saat berbagai permasalahan ekonomi, hokum, bisnis dan politik yang dihadapi Indonesia. Kasus bisnis, politik dan good governance yang sangat menarik sebagai wacana perdebatan saat ini adalah terungkapnya kasus bank century dan fenomena makelar kasus hokum di Indonesia.

Oleh karena itu dalam proses menciptakan kondisi good governance. Konsep tersebut melibatkan delapan elemen yaitu :1. Lembaga eksekutif, 2. Lembaga parlemen, 3. Lembaga kehakiman, 4. Lembaga pengawas, 5. Lembaga pengawas, 6.Sektor swata, 7. MAsyarakat sipil, 8. Lembaga penegakan hukum.

Dunia industri dianggap sebagai institusi yang paling harus bertanggung jawab dalam mengatasi pencemaran lingkungan, karena banyak kasus yang muncul akibat pencemaran oleh industri. Dengan demikian, aspek utama yang harus dikerjakan adalah meyakinkan pada Chief Executive Officer (CEO) dan anggota manajemen puncak lainnya untuk membuat komitmen yang konsisten agar sistem produksi bersih dapat dilaksanakan. Sehingga diperlukan juga rasa tanggung jawab yang besar dari perusahan kepada masyarakat banyak. Karena perusahaan yang mengutamakan dan meningkatkan tanggung jawab sosial, dapat bersaing dalam lingkungan global yang selalu penuh dengan persaingan. Selain itu, keberhasilan suatu industri atau perusahaan juga tergantung dari produk yang mereka kembangkan. Keberhasilan pengembangan produk dimulai dengan mengidentifikasi dan memilih produk yang tepat untuk dibuat dan diproduksi serta dipasarkan ke pasar global.

Produksi Pertanian dan pangan global serta dampaknya bagi bisnis dan ketahanan pangan Indonesia :

1.  Kondisi pertumbuhan PDB di Negara berkembang dan maju

2. Kondisi perubahan harga minyak bumi pengaruh terhadap harga komoditas pertanian

3. Perubahan tingkat produksi dan konsumsi komoditas pertanian dunia

Permasalahan pertanian dan pangan Indonesia

  1. Keterlibatan masyarakat sagat terbatas
  2. Inkonsistensi kebijakan
  3. Fokus program yang tuntas atau lambat dilaksanakan
  4. Program revitalisasi pertanian belum dilakukan secara menyeluruh pada seluruh komoditas pertanian,karena sejauh ini lebih focus pada komoditas-komoditas politik yang sering menimbulkan kecemasan-kecemasan pasokan pada saat terjadi kelangkaan dalam produksi.

Dalam perkembangan agroindustri dan agribisnis di Indonesia, terdapat permasalahan pada komoditas-komoditas yang memiliki nilai ekonomi politik, seperti padi, jagung, kedelai, dan tebu.

  • Padi-Beras

Padi dan beras komoditas ekonomi Indonesia yang sangat penting sejak Indonesia merdeka, mengingat mayarakat Indonesia seolah-seolah tidak mungkin konsumsi pada beras, sehingga kelangkaan beras dapat menimbulkan kerentaan ekonomi dan keresahan social. Dengan memperhatikan kesungguhan pemerintah dalam menangani beras, harga beras sudah harus menunjukan angka yang menurun atau tidak mangalami frukturasi yang meresahkan.

  • Jagung

Meningkatnya produksi jagung domestic secara tidak langsung membantu kinerja industry pakan, karena harga jagung impor saat ini yang sangat tinggi dan menguras devisa Negara.

  • Kedelai

Selama ini produktivitas kedelai nasional hanya berada pada level 1,28 ton/ha setengah dari pada prduktivitas kedelai di Negara-negara produsen utama kedelai, misalnya di Brazil, Argentina dan Amerika Serikat. Oleh karena itu, target politis pemerintah untuk mendapatkan status swasembada sedikit diperlukan luas lahan budi daya 2,02 juta ha, dan produktivitas kedelai sekitar 3,68 ton/ha.

  • Tebu-Gula

Gula pasir adalah salah satu produk yang paling penting, mengingat kebutuhan yang sangat besar, dan produksi nasionlanya yang sangat tidak mencukupi. Sejak Indonesia merdeka, kebutuhan gula semakin meningkat, sedangkan produktivitas nya semakin menurun.

Dengan berkembangnya zaman dan gaya hidup, saat ini terjadi peningkatan kesadaran akan pentingnya konsumsi sayuran dan buah-buahan oleh penduduk Indonesia, khususnya dalam menjaga kesehatan (healyy life style). Dalam lima tahun terakhir secara nyata tergambarkan dari peningkatan permintaan konsumen dalam negeri untuk sayuran dan buah-buahan. Akan tetapi, dalam hal ini petani memiliki kendala dalam penyediaan akan permintaan konsumen. Tantangan utama yang dihadapi para petani produsen adalah kecocokan lahan, penyedian bibit unggul, dan harga pupuk serta obat-obatan hama dan penyakit tanaman yang cenderung semakin meningkat. Di lain pihak hambatan dalam kegiatan panen dan pascapanen adalah tekhnik pemanenan yang aman, penyimpanan, transportasi dan packaging (pengemasan) serta penangan pasca panen yang khusus dalam bentuk pengawetan dan pengolahan.

Akan tetapi Terdapat sedikit tujuh program yang dapat dijadikan solusi dan memerlukan penetapan kebijakan, seperti yang ditemukan dibawah ini

  1. Peningkatan intensitifikasi dan ekstensifiaksi dengan sentra perwilayahan
  2. Pembangunan infrastruktur irigasi teknisdan jalan-jalan transportasi sanpai sentral-sentral produksi
  3. Meningkatan aksebilitas petani kepada sumber daya dan lembaga-lembaga keuangan dan pemodalan untuk perbaikan system budidaya dll
  4. Melaksanakan berbagai kegiatan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan teknologi yang mampu menghasilkan system budi daya sayuran dan buah-buahan yang merata sepanjang tahun
  5. Menggalakan kembali gerakan peningkatan produksi beserta mutu hasilnya serta komsumsi sayuran dan buah-buahan nusantara yang focus, efektif fan efisien.
  6. Pemerintahan perlu membatasi masuknya sayur dan buah-buahan import
  7. Manggalakan kinerja agroindustri pengolahan sayur-sayuran dan buah-buahan nasional, terutama yang jumlahnya pasokanya diatas permintaan

Bio-kontrol digunakan sebagai metode alternatif mengendalian hama tanaman sayuran salad. Kegiatan produksi pertanian banyak dilakukan oleh petani secara organik karena kurangnya modal petani untuk biaya pembelian bahan kimia input produksi pertanian. Pola konsumsi pangan semakin mengalami peningkatan sehubungan dengan adanya permintaan terhadap kualitas pangan yang lebih baik dan aman, terutama pada produk-produk peternakan, seperti daging dan susu. Dalam hal-hal tertentu Indonesia diuntungkan karena bebas dari penyakit berbahaya, tetapi adanya wabah Anthrax (November 2004) dan terjadinya wabah flu burung. (Avian Influenza) harus selalu dipantau dan dicermati secara seksama.

Dalam hal ini, Indonesia memiliki peluang untuk memproduksi vaksin flu burung untuk pasar global. Khusus untuk industri ternak potong secara terintegrasi di lahan kelapa sawit, Malaysia telah menjadi pelopornya dan cukup berhasil untuk ternak sapi dan rusa. Inovasi bisnis tersebut sangat berhasil terutama untuk sapi pedaging, di antaranya sapi Bali impor dari Indonesia, yang mampu memberikan tambahan penghasilan pada industri kelapa sawit. Pengembangan pembudidayaan rumput laut mengalami kendala di antaranya masalah ketersediaan bibit yang tepat jumlah, tepat waktu, tepat mutu, sedangkan untuk peralatan dan bahan-bahan lainnya mudah didapat di sekitar lokasi budidaya.

Para agrotechnopreneur dan pengrajin furniture Indonesia harus sanggup melakukan inovasi baru untuk menembus pasar global. Oleh karena itu, berbagai inovasi dalam bentuk, rupa, fungsi, ukuran, bobot serta citra dan martabat harus diupayakan. Inovasi yang dilakukan harus memenuhi tiga elemen, yaitu mutakhir, kompleks, dan memiliki desain yang kuat.

Selain inovasi dalam bisnis furnitur, kelangkaan energi dan pangan pada beberapa tahun terakhir juga membuka peluang bisnis dalam bidang energi alternatif. Biomassa hasil pertanian khususnya limbah agroindustri merupakan salah satu sumber energi alternatif. Beberapa contoh limbah industri pertanian yang memiliki prospek bisnis energi alternatif di Indonesia adalah briket arang, biogas, biodiesel, dan aseton, etanol serta butanol. Potensi limbah agroindustri lainnya adalah sekam padi yang mulai dikembangkan untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Pada akhirnya, penggunaan bahan bakar alternatif dapat menjadi bisnis yang prospektif di masa depan.

Potensi pemanfaatan minyak nabati, salah satunya kelapa sawit, sebagai bahan baku dalam produksi pelumas juga dapat dipertimbangkan. Pemanfaatan minyak nabati ini dapat dikembangkan melalui modifikasi teknologi proses, penetapan aditif dan interaksinya sebagai salah satu alternatif pemberdayaan sektor agroindustri hilir minyak sawit. Pengembangan minyak pelumas dari minyak nabati memiliki prospek yang cerah di Indonesia, karena selain ketersediaan bahan baku yang melimpah, pengembangan teknologi inovasinya pun saat ini telah mulai dilakukan. Oleh karena itu, Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu negara penghasil minyak pelumas yang berdaya saing di masa depan.